Laporan Kunjungan ke
Bantaran Sungai Cisadane (Ciben)
Hallo teman-teman, kali ini ada sesuatu yang berbeda dari C52. Tanggal 26 Februari 2012
ini kami melakukan bakti sosial di daerah Sewan Lebak Wangi, Tangerang. Lebih tepatnya
di lokasi bantaran Sungai Cisadane. Kami disana melakukan bakti sosial dengan cara
membagikan sembako bagi keluarga-keluarga yang ada disana. Acara pembagian sembako
dilaksanakan dirumah Ko Hengky, dia ada ketua RT didaerah tersebut. Rumahnya
mempunyai halaman yang luas, sehingga cocok untuk lokasi pembagian. Saya masih
penasaran, apakah daerahnya bagus seperti ini, apakah tepat kita berbagi dengan lokasi
yang saya anggap bagus ini?
Daerah sini dikenal dengan sebutan Cina Benteng. Ya, sesuai dengan namanya, memang
boleh dikatakan bahwa hampir semua yang tinggal disana adalah orang-orang keturunan
cina. Kenapa mereka dikenal dengan sebutan Cina Benteng, karena mereka adalah orang
keturunan cina dan pada jaman nenek moyang mereka, memang tinggal didalam benteng
yang ada di Tangerang. Karena digusur mereka pindah ke Sewan Lebak Wangi ini. Setelah
acara membagikan sembako selesai, kami diajak oleh Ko Hengky keliling untuk melihat-lihat
daerah sekitar Sewan Lebak Wangi ini. Rasa penasaran saya semakin menjadi-jadi, seperti
apakah daerahnya.
Kami masuk ke gang-gang, dari gang yang masih bisa dilewatin 1 mobil, kemudian hanya
bisa motor, dan juga jalan yang benar-benar hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki saja.
Dari gang-gang kecil yang rumahnya berdinding bambu, beratapkan ijuk, berlantaikan tanah
dan juga halaman depannya adalah Sungai Cisadane. Sebelum daerah Sewan ini ditempati,
merupakan hutan belantara, jadi mereka membabat hutan ini untuk dijadikan pemukiman,
demikian cerita Ibu Wang. Menurut cerita beliau, waktu pertama kali dia pindah ke Sewan,
masih sangat sedikit orang yang ada, baru ada Tao Pe Kong Maha Bodi, yang sebagai
ancer-ancer jika mau pergi ke daerah Sewan ini. Suami ibu Wang bekerja sebagai kuli
panggul babi, dari upah panggul tersebut digunakan untuk kehidupan sehari-hari beliau dan
keluarga, sedangkan bambu untuk alat pikul tersebut, dipakai untuk membuat bilik dinding
rumah, yang setiap harinya bisa didapatkan sekitar 5 sampai 6 bambu. Ada juga yang
bekerja sehari-harinya menjual ayam kuning, sang istri membuat ayam kuning tersebut dan
sang suami pagi subuh sudah berangkat kepasar jembatan lima untuk memperdagangkan
ayam kuningnya. Ada juga yang bekerja sebagai tukang becak, kerja dibengkel, jualan kue,
supir, jualan makanan, kadang pendapatan mereka berkisar 10.000-40.000/hari, untuk
makan 1 keluarga. Uang itu sangat tidak cukup, kadang mereka harus “mutih” (nasi
putih+garam). Anak sekolah di sekolah negeri karena gratis. Seringkali dapur dan tempat
tidur jadi satu ruang, kotor dan tidak layak. Karena dekat dengan sungai, kadang yang
daerah rendah banjir.
Mereka hidup dibawah garis kemiskinan, sehari-hari untuk kebutuhan menyuci baju, mandi
digunakan air sumur bersama, memasak dan minum membeli air, listrik ada tetapi terbatas.
Tetapi dengan keterbatasan semua itu, tradisi tetap mereka jaga (pernikahan adat, imlek,
sembayang leluhur) dan kerukunan tetap terjalin satu sama lain. Ya ini mungkin gambaran
dari keseluruhan daerah yang berkekurangan, bukan hanya daerah Sewan saja. Kita diberi,
maka kita pun harus memberi. Tuhan memberkati. Amin.
Kami mendistribusikan 405 paket sembako yg berisi: 4 kilo beras, 1 kilo minyak goreng, 1 kilo gula, 5 bungkus indomie, 1 kaleng susu kental manis, 1 kotak teh celup, minyak sereh dan balsem, sabun colek dan deterjent.
Semoga tetesan berkat itu dapat menyejukan hati mereka dan hatimu juga.
Wajah-wajah bahagia, setelah menerima sembako:
Para Peserta saling membantu memberikan sembako kepada warga:
Kami berterimakasih kepada teman2 yg sudah mendukung acara ini baik sebagai donatur maupun peserta. Berkat kasihmu sudah kami bagikan.
More pictures: http://www.facebook.com/media/set/?set=a.10150577335438155.374874.750333154&type=3
0 komentar:
Posting Komentar